Kamis, 26 Maret 2020

Lomba Pidato Pertamaku

LOMBA PIDATO PERTAMA KU

          Pada tanggal 09 Mei 2009 akan diadakan sebuah acara, yaitu “Lomba Keterampilan PAI tingkat SMP”. Sebelum acara tersebut pihak pondok pesantren mengadakan penyeleksian untuk memilih siapakah yang akan diberi kepercayaan untuk dikirim mengikuti Perlombaan tersebut.Untuk perlombaan pidato ustadzah menunjukkan tiga orang yang akan di test terlebih dahulu. Saat itu ustadzah memilih aku dan kedua teman dekat ku yaitu Nanda dan Jamilah. Tahap pertama ustadzah meminta kami untuk membuat teks pidato terlebih dahulu. Lalu teks tersebut di kumpulkan dan di serahkan ke ustadzah untuk di periksa dan di koreksi. Setelah itu kami harus menghafal dan memahami teks yang sudah di buat, dan kami juga harus berpidato di depan kawan-kawan seasrama setelah sholat isya’ berjama’ah. Lalu di tahap ke dua ustadzah memilih salah satu dari tiga orang yang telah di pilih sebelumnya. Dan tak aku sangka sama sekali bahwa saat itu ustadzah memberi kepercayaan pada ku untuk menjadi perwakilan di acara lomba tersebut. Awalnya aku belum yakin dan belum percaya diri, tapi karena teman-teman ku yang selalu ada dan selalu memberi semangat aku berusaha untuk percaya diri. Aku katakan pada diriku sendiri, “InsyaAllah aku bisa!”. Walau sebenarnya sejak duduk di Sekolah Dasar ibu ku selalu menawariku untuk mengikuti lomba pidato, tapi aku selalu saja menolaknya. Dan sekarang ustadzah yang meminta ku dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk menolaknya. Akhirnya aku pun harus menerimanya dengan harapan aku bisa banyak belajar dengan pengalaman baru ku ini.
          Setelah ditetapkan ustadzah memintaku kembali untuk membuat teks yang lebih baik dan padat lagi. Ketika itu ustadzah memberikan kisi-kisi materi untuk aku jabarkan kembali dengan judul “Ilmu”, tapi aku sudah memutuskan untuk tetap memakai judul materi yang sebelumnya, yaitu “Sholat”. Karena aku rasa aku lebih menguasai materi yang sebelumnya itu dari materi yang baru diberikan oleh ustadzah. Ketika jadwal jengukan orang tua tiba, aku langsung bercerita pada ibu dan meminta bantuan untuk membuat teks pidato yang baik. Awalnya ibu terkejut bahwa anaknya ini menjadi perwakilan lomba pidato dari pondoknya, maklum sejak dulu jika ibu meminta aku untuk mengikuti lomba aku selalu saja menolaknya. Tapi saat itu aku yakin bahwa ibu bahagia karena aku mau mengikuti lomba. Setelah teks yang baru selesai di buat aku menyerahkannya kembali pada ustadzah untuk di periksa, lalu aku pun berlatih bersama ustadzah.
          Tanggal 09 Mei 2009 pun tiba. Hari itu hari sabtu, dimana seluruh santri bekerja bakti untuk membersihkan seluruh bagian asrama. Setelah selesai kerja bakti aku dan Aulia langsung bergegas bersiap-siap untuk berangkat menuju tempat perlombaan. Sebelum berangkat kami terlebih dahulu pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuha seperti biasanya. Setelah melaksanakan sholat dhuha barulah aku dan Aulia menuju ke depan Majlis DaQu. Ketika kami tiba disana, ternyata disana sudah ada Kak Adit, Kak Haris, Kak Arid, dan Ikhlas yang sudah tiba lebih awal. Mereka juga merupakan peserta lomba perwakilan dari santriwan. Tak lama menunggu, mobil yang akan mengantar kami pun tiba. Kami semua langsung masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju tempat perlombaan. Saat itu kami di damping oleh Ustadz Sholeh dan Ustadz Daarul. Beliau berdua adalah guru terbaik kami.
          Setelah tiba di tempat perlombaan yaitu di SMPN 1 Tangerang kami semua masuk ke dalam. Sebelum aku, Aulia, dan yang lainnya menuju ke ruangan perlombaan masing-masing kami menunggu panitia yang akan membagikan kartu peserta. Setelah kami semua mendapatkan kartu peserta masing-masing kami semua pun berpencar menuju ke ruangan perlombaan masing-masing. Aku dan Aulia pun berpisah. Aku satu ruangan dengan Ikhlas, dan saat itu no urut peserta ku di akhir. Sambil menunggu giliranku aku bercengkrama dengan orang yang ada disebelahku, dia adalah perwakilan siswi dari SMPN 4 Tangerang. Dan ketika giliran ku tiba semangat ku sudah mulai memudar karena aku sudah menunggu terlalu lama. Tapi dengan bismillah aku berusaha semaksimal mungkin. Saat itu perasaan ku campur aduk, semoga ini adalah awal yang baik. Setelah selesai tampil aku langsung keluar ruangan karena sebentar lagi akan masuk waktu sholat zhuhur. Ketika di masjid aku bertemu dengan Aulia kembali, lalu kami pun sholat zhuhur berjama’ah.
          Setelah waktu zhuhur seluruh peserta lomba berkumpul di tengah lapangan untuk mendengarkan hasil perlombaan yang akan diumumkan langsung. Aku pribadi tidak terlalu menghiraukan hasil yang sedang diumumkan tersebut. Karena dengan aku ikut perlombaan ini saja aku sudah bersyukur. Satu persatu pemenang pun disebutkan. Setelah semua pemenang disebutkan kami langsung bergegas keluar gerbang dan mencari mobil jemputan untuk kembali ke Pondok Pesantren. Tapi sebelum kembali aku, santri lainnya, dan ustadz-ustadz juga makan siang bersama terlebih dahulu. Kami semua makan cukup lahap. Setelah semuanya telah selesai makan barulah kami kembali menuju Pondok Pesantren. Ketika diperjalan kami semua terdiam karena sudah terlalu lelah, berbeda dengan perjalanan berangkat tadi yang penuh dengan semangat. Tak terasa kami sudah tiba di Kampung Bulak Santri daerah Pondok pesantren kami, berbarengan dengan berkumandangnya adzan ashar. Para santriwan langsung menuju masjid terdekat, sedangkan aku dan Aulia menuju asrama dan melaksanakan sholat ashar di asrama. Saat tiba di asrama kami langsung menuju ruangan ustadzah untuk memberi laporan bahwa kami sudah kembali ke asrama dan saat itu juga kedatangan kami di sambut teman-teman asrama dengan senyuman dan pertanyaan bagaimana perlombaan tadi. Mereka semua cukup antusias. Terima kasih teman-teman untuk dukungan kalian.

Walaupun cukup lelah aku dan Aulia tetap harus mengikuti kegiatan Qiro’ah ba’da ashar ini. Aku dan Aulia saling menyemangati satu sama lain. Tetap semangat karena hari ini adalah hari yang cukup melelahkan dan penuh dengan pengalaman.

Detik-Detik Kelulusan


Detik-Detik Kelulusan

          Tak terasa tiga tahun sudah aku berada di Pondok Pesantren ini. Yang awalnya aku menolak keras untuk dimasukkan ke dalam Pondok Pesantren sampai akhirnya aku merasa begitu nyaman berada di sini. Begitu banyak hal yang aku lakukan bersama teman-teman, kakak-kakak, dan guru-guru ku. Susah senang kami lalui bersama. Sekarang aku sudah duduk di kelas 3 SMP dan sebentar lagi aku dan teman-teman ku akan melaksanakan Ujian Nasional. Hari-hari ku semakin padat dengan adanya tambahan jam belajar. Di kelas 3 kami benar-benar fokus belajar, berbeda saat di kelas 1 atau pun 2. Saat masih duduk di kelas satu kami masih sangatlah polos dan masih lebih banyak bermain, sedangkan di kelas 2 kami sudah mulai nakal dalam artian sering melanggar peraturan yang ada, seperti terlambat, buang sampah sembarangan, melanggar bahasa, dan yang lainnya. Aku sangat bersyukur karena telah ditempatkan di Pondok Pesantren ini. Angkatan ku adalah angkatan pertama untuk santriwati, karena di tahun-tahun sebelumnya di Pondok Pesantren ini belum menerima santriwati. Sebagai angkatan pertama pastilah begitu banyak rintangan yang kami lewati. Tapi dengan rintangan itulah yang membuat kami dapat lebih cepat saling mengenal satu lain.
          Tambahan jam belajar berlangsung setelah sholat ashar di waktu muhadatsah, jadi siswa-siswi kelas 3 di semester genap tidak lagi mengikuti kegiatan muhadatsah karena diganti dengan tambahan jam belajar untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Sebagai teman kami saling menyemangati satu sama lain, saling membantu jika ada kesulitan. Kami sangat terbantu dengan adanya tambahan jam belajar. Di jam itu kami di beri latihan soal-soal Ujian Nasional tahun-tahun sebelumnya. Dan Alhamdulillah karena seringnya latihan dan atas izin Allah pastinya, kami dapat mengerjakan soal-soal tersebut.
          Seminggu sebelum hari H Ujian Nasional, seperti tahun-tahun sebelumnya kami para kelas 3 rutin melakukan hal ini. Kami akan keliling kelas bahkan keliling desa untuk meminta maaf dan meminta do’a restu agar ujian kami dapat berjalan dengan lancar dan semoga kami lulus semua. Setelah usaha dan do’a kami serahkan hasilnya pada yang Maha Kuasa.
          Ketika hari Ujian tiba, kami tidak terlalu memporsir waktu kami. Sebisa mungkin kami tidur dan bangun lebih awal agar kami fresh ketika mengerjakan soal-soal ujian. Alhamdulillah 3 hari ujian berlangsung dengan lancar.
          Setelah Ujian Nasional, ujian kami sebagai santri belum lah selesai. Masih ada ujian lainnya ada ujian pondok, ujian praktek, ujian bahasa, ujian lisan, ujian tahfizh, dan ada juga ujian MHQ. Ujian tahfizh dan MHQ dilaksanakan yang paling akhir, karena santri membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkan ujian tersebut. Hampir dua bulan kami menyelesaikan ujian-ujian tersebut. Masing-masing ujian dilaksanakan perminggu kecuali ujian tahfizh. Ujian tahfizh berlangsung sekitar dua mingguan. Selama ujian tahfizh berlangsung, banyak santri yang hampir tidak tidur semalaman untuk muroja’ah (mengulang) hafalan masing-masing. Aku termasuk di dalamnya, karena aku harus berusaha keras untuk mengulang hafalan-hafalan ku. Sistematis ujian tahfizh yaitu kami harus menyetorkan semua hafalan yang kami miliki minimal sekali maju seperempat juz atau dua setengah halaman dan harus selesai pada waktu yang sudah ditentukan. Jika kami memiliki waktu ujian 10 hari dan kami memiliki hafalan 10 juz.  Kami harus berusaha keras dan pastinya dibarengi dengan do’a bagaimana caranya dalam 10 hari kami bisa menyetorkan semua hafalan kami. Ketika di hari pertama dan di juz-juz awal kami usahakan dalam sehari kami harus bisa menyetorkan hafalan 1 juz sampai 2 juz, karena juz-juz awal sudah sering di muroja’ah. Belum lagi setelah ujian tahfizh ada ujian MHQ. Ujian MHQ adalah penghujung dari ujian kami. Setelah ujian MHQ terlaksana dan hasilnya cukup memuaskan, barulah ujian kami benar-benar selesai. Walau begitu kami tetap harus muroja’ah untuk menjaga hafalan kami.

          Ujian MHQ selesai, kami pun mempersiapkan diri untuk acara kelulusan. Wisuda kelulusan akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Internasional Ketapang, Cipondoh. Dan Alhamdulillah acara wisuda kelulusan berjalan dengan lancar.

Surat Pembaca

MESIN ATM BRI YANG RUSAK


          Saya adalah salah satu mahasiswa UIN Bandung, saya merasa kecewa atas kerusakan mesin ATM BRI di cabang UIN Bandung yang sudah cukup lama namun belum kunjung benar hingga saat ini. Saya beserta rekan mahasiswa yang lain merasa tidak nyaman, karena kami harus mengantre panjang hanya untuk sekedar mengambil beberapa lembar uang di ATM.
          Kami harap kepada pihak bank BRI untuk segera memperbaiki mesin ATM yang rusak. Agar kami tidak harus mengantre terlalu lama. Atas perhatiannya terima kasih.


                                                                     
                                                                                                       Bilqis Zahro                                                                                                                                    Mahasiswa UIN SGD BDG
                                                                       
                         3671014312950005
                                                                                  Jl. A. H. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung


Senin, 16 Oktober 2017

Kisah Kasih

Selepasku ku lulus Sekolah Dasar, aku masih bimbang kemana aku akan melanjutkan sekolah ku. Kedua orang tua ku sudah jelas, mereka menginginkan ku masuk pondok pesantren. Namun saat itu, aku masih merasa belum sanggup untuk berjauhan lama dari orant tua ku. Akhirnya aku pun mencoba mendaftar ke salah satu SMP favorit di kota ku. Hanya dengan menyerahkan hasil nem ujian nasional ku, aku pun lolos dan dinyatakan di terima di SMP tersebut. Tapi kedua orang tua ku tidak menghiraukan hal tersebut, karena mereka tetap ingin aku masuk pondok pesantren. Saat itu aku sampai menangis dan terus menolak agar tidak di masukan ke pondok pesantren. Walaupun begitu kedua orang tua ku tak putus asa dan terus merayu ku agar aku menuruti kemauan keduanya, karena itu semua demi kebaikanku. Buya, umi, termasuk engkong dan encing selalu menasihatiku dan meyakinkan ku bahwa di pondok pesantren adalah tempat yang lebih baik untukku. Dan aku pun tak sanggup lagi untuk menolak keinginan mereka, aku mengiyakan bahwa aku mau masuk pondok pesantren. Sejak saat itu buya lebih rajin lagi memeriksa bacaan dan hafalan Al-Qur’an ku. Tak lama kemudian, buya pun meminta ku untuk bersiap-siap untuk melakukan test masuk pondok pesantren. Pondok pesantren tersebut terletak di daerah Ciledug dan masih terbilang baru, karena baru berdiri sejak tiga tahun yang lalu dan itu pun hanya baru ada santri putra saja. Jadi tahun itu aku termasuk ke dalam angkatan pertama untuk santri putrinya. Test masuk pesantren dilakukan dalam satu hari full, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Test yang di lakukan ada cukup banyak, dari mulai test akademik, keagamaan, psikotest, wawancara, kemampuan berbahasa Arab-Inggris, dan juga test tahfizh. Test tersebut dilaksanakan pada hari jum’at, pada saat test aku didampingi buya, dan pada hari itu juga buya memiliki jadwal mengisi khutbah jum’at di masjid yang cukup jauh dari pondok pesantren, hingga akhirnya buya pun meninggalkan ku untuk melaksanakan tanggung jawabnya yang lain. Ketika aku sedang mengerjakan soal test, buya izin kepada ku untuk pergi menuju masjid karena lokasi masjidnya cukup jauh dari pondok pesantren. Akupun pasti mengiyakan walau sebenarnya aku merasa takut ditinggal sendirian di tempat yang asing untukku. Belum ada satu orangpun yang aku kenal di tempat itu, dan aku bukanlah tipe orang yang pandai untuk memulai suatu obrolan dengan orang yang belum aku kenal. Lalu ada seorang ustadz yang menghampiri ku, mungkin beliau melihat wajahku yang mulai bersedih. Beliau berkata, “ga usah sedih, nanti juga bapak (buya) kembali”. Aku pun tersipu malu dan berusaha untuk menyembunyikan rasa sedihku.

Waktu untuk persiapan sholat jum’at tiba, dan test pun dihentikan sejenak untuk sholat dan makan siang. Para laki-laki menuju masjid, sedangkan para wanita menuju majlis pondok pesantren. Aku ingat, ketika di majlis aku melihat Nanda (sahabatku) bersama ibunya, sedangkan aku hanya duduk sendirian. Setelah sholat kami pun kembali ke kelas untuk melanjutkan test. Ketika test wawancara, aku melihat sosok seseorang yang terlihat begitu jutek, dalam hati ku aku berkata, “Ya Alloh, nanti Ikis ga mau sekamar sama dia Ya Alloh”. Dia adalah Sabihisma yang sekarang juga malah menjadi sahabatku, ternyata penilaianku salah. Begitu banyak test yang dilakukan, aku masih menantikan kehadiran buya kembali yang masih dalam perjalanan dari pulang jum’atan. Oh iya, waktu itu test nya ada dua kategori, test mandiri dan juga test beasiswa. Saat itu aku mengikuti test beasiswa. Yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba juga, buya sudah kembali lagi ke pondok pesantren. Perasaan ku kembali lega, karena aku tidak merasa sendiri lagi.

Bersambung...
 

Sabtu, 17 Oktober 2015

DaQu Camp



Pada tanggal 29 Oktober 2009 keluarga besar Daarul Quran Bulak Santri pergi ke daerah pegunungan Curug Nangka untuk camping. Seluruh santri pun sudah bersiap-siap dari jauh hari agar tidak ada hal yang terlupakan. Seluruh santri berangkat dari pondok pesantren setelah menunaikan sholat dhuha bersama dengan menggunakan seragam pramuka. Kami semua sudah siap untuk meramaikan bumi perkemahan. Para santriwan berangkat dengan mengendarai mobil truk sedangkan para santriwati mengendarai mobil TNI angkatan darat, dan untuk para ustadz dan ustadzah mereka mengendarai motor maupun mobil pribadi. Di dalam perjalanan kami bernyanyi, bercanda, dan tertawa riang bersama. Selain itu juga kami dapat melihat pemandangan yang begitu indah sambil kami bertafakur alam dan juga menghirup udara segar pegunungan. Setelah beberapa jam perjalanan seluruh santri pun turun dari kendaraan untuk menuju tempat perkemahan dengan berjalan kaki yang jarak tempuhnya cukup atau bahkan sangat jauh bagi kami, namun kami sangat menikmati perjalanan itu. Sebelum perjalanan kaki di mulai seluruh santri di bagi menjadi beberapa kelompok, saati itu aku satu kelompok dengan Ukhti Zia, Ukhti Choir, Ukhti Rayda, Ukhti Yaya, Jamilah, Aul, Leli, Dita, Novi, dan Uul. Saat dalam perjalanan kami merasa bebas, kami bisa teriak sekuat-kuatnya di alam terbuka, berlari kesana-kemari, Saat itu perasaan kami sangat lega, dan acara ini sangatlah berhasil untuk menghilangkan penat yang ada setelah belajar dan menghafal dengan giatnya.  Perjalanan yang kami tempuh bukan hanya jarak tempuhnya yang jauh melainkan penuh dengan tanjakan-tanjakan yang cukup curam, namun kami tidak menyerah begitu saja, kami tetap semangat melanjutkan perjalanan bahkan rasa lelahpun tidak kami hiraukan.
     Tak terasa kami pun tiba di tempat perkemahan, ketua kelompok kami pun langsung melapor dan mengambil tenda. Setelah mendapatkan tenda kami mencari tempat yang kiranya aman dan nyaman untuk mendirikan tenda. Lalu kami pun mulai berusaha untuk mendirikan tenda, dengan kerjasama yang baik tenda pun berhasil kami dirikan. Setelah tenda berdiri kami semua menuju sumber air untuk berwudhu’ dan melaksanakan sholat ashar berjama’ah, ba’da sholat kami pun kembali ke tenda untuk menata dan merapihkan barang-barang bawaan hingga tenda siap untuk ditempati dengan nyaman. 
     Tiba-tiba ada kabar yang mengejutkan untuk para santri, bahwa di acara perkemahan kali ini ada agenda tahfizh zone. Tahfizh zone adalah agenda menghafal di alam terbuka. Saat itu para santri bersorak ramai tanda tak setuju. Hal ini biasa terjadi, namun tak apa. Tak lama kemudian ada kabar lagi yang membuat para santri bersorak ramai kembali, namun kali ini tanda kemenangan. Kabarnya adalah bahwa ustadz yang akan memimpin tahfizh zone akan hadir terlambat di tempat perkemahan otomatis agenda tersebut pun diganti dengan agenda yang lain. Namun tidak jauh berbeda dengan tahfizh zone, seluruh santri berkumpul sesuai kelompok masing-masing setelah itu kami pun memulai agenda pengganti tersebut yaitu sambung-menyambung ayat. Subhanalloh ada perasaan berbeda saat melantunkan ayat suci bersama di alam terbuka. Tak terasa malam pun mulai larut, para asatidz mulai berkeliling mengontrol para santri untuk segera masuk ke tenda masing-masing dan beristirahat. Dinginnya udara pegunungan membuat kami cukup kedinginan.
      Seperempat malam pun tiba, kami pun mulai di bangunkan untuk melaksanakan qiyamullail. Udara di pagi hari semakin dingin. Setelah mengambil air wudhu gigi ku sampai gemetar karena saking dinginnya. Setelah qiyamullail dilanjut sholat shubuh berjama’ah, kami semua kembali ke tenda masing-masing untuk merapihkan tenda dan membersihkan diri. Hingga semuanya telah rapih dan bersih, kami pun berkumpul di tengah lapang untuk melaksanakan sholat dhuha. Walaupun kami berada di alam terbuka, kami berusaha untuk tetap menjalankan sunah-sunah Rasul karena moto kami ialah “Iqoomatul Waajibi wa Ihyaaus Sunnah” yang artinya adalah “mendirikan yang wajib dan menghidupkan yang sunah.”
     Hari mulai siang, acara perkemahan akan segera di mulai. Acara pembukaan adalah menampilkan yel-yel dari setiap kelompok. Namun di waktu yang sama ada dua orang perwakilan dari setiap kelompok untuk memasak. Dan dua orang perwakilan dari kelompok ku adalah Jamilah dan aku sendiri. Awalnya Ukhti Choir yang akan memasak karena Ukhti Choir sudah ahli dalam hal tersebut, tapi karena Ukhti Choir ketua regu dan ketua regu punya tanggung jawab atas regunya, jadi diganti oleh anggota yang lain. Ternyata memasak di alam terbuka itu cukup menantang, pertama kami harus mengumpulkan kayu bakar terlebih dahulu, belum lagi api harus dijaga agar tetap stabil. Aku dan Jamilah pun bekerja sama untuk memasak masakan yang enak, tapi kalian jangan liat hasilnya ya tapi liat proses yang kami lewati. Setelah waktu yang cukup lama masakan pun selesai. Sambil menunggu kawan-kawan yang lain kembali ke tenda, aku dan Jamilah berbagi tugas. Aku bertugas merapihkan tenda sedangkan Jamilah menyuci barang-barang bekas memasak. Tak lama setelah semuanya selesai kawan-kawan pun datang, mereka pun sudah tak sabar untuk menyantap makanan yang telah tersedia karena perut mulai lapar. Kami pun makan bersama, walaupun rasa tidak terlalu medukung tapi kami tidak menghiraukan itu yang terpenting adalah kebersamaan yang kami lewati. Itulah masa-masa terindah para santri.
      Setelah selesai makan bersama, kami membereskannya terlebih dahulu lalu istirahat sejenak sambil berbincang-bincang. Setelah itu kami berkumpul di ruang terbuka untuk mempersiapkan penampilan yang akan ditampilkan di acara malam api unggun nanti. Setiap kelompok bergabung dengan kelompok lainnya. Kelompok ku bergabung dengan kelompok Ukhti Zulfa yang beranggota : Ukhti Lia, Ukhti Mita, Claudia, Ina, Zuraida, Ana, Anin, dan Wulan. Kami berlatih dengan penuh semangat. Disaat kami sedang berlatih dengan serius tiba-tiba ada segerombolan kera yang menghampiri kami, sontak kami semua terkejut. Ternyata segerombolan kera tersebut lapar, mereka mengincar makanan yang ada di dekat kami. Setelah mendapatkan yang mereka incar, mereka pun pergi. Kami pun kembali melanjutkan latihan. Setelah kami rasa cukup untuk latihannya, kami pun berhenti dan kembali ke tenda masing-masing. Lalu ada berita dari panitia bahwa setiap kelompok diharuskan mengumpulkan bahan-bahan makanan ke panitia. Karena untuk selanjutnya kami tidak perlu memasak sendiri lagi. Mungkin untuk menghemat waktu. Sambil menunggu makanan matang kami berdiskusi bersama di dalam tenda. Tak lama kemudian panitia memanggil dua orang perwakilan dari setiap kelompok untuk mengambil makanan yang telah matang. Lalu kami pun makan bersama kembali. Setelah makan kami beberes dan mandi. Adzan maghrib pun berkumandang, kami semua segera menuju lapangan yang sudah di siapkan untuk melaksanakan sholat maghrib berjama’ah. Ketika kami sedang berdzikir tiba-tiba hujan turun, kami semua langsung berlarian menuju tenda masing-masing. Hujan pun semakin deras dan membuat tenda tak sanggup menahan air yang turun. Kami pun cepat mengambil barang yang kiranya penting untuk diselamatkan, lalu kami berlari lagi keluar tenda untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Di waktu genting seperti itu ada saja tragedi yang menimpa ku. Saat aku sedang berlari tiba-tiba sandal ku putus, aku pun tidak menghiraukannya karena panik aku tetap terus berlari untuk berlindung dari derasnya hujan. Lalu Ustadz datang dan mengarahkan kami untuk berlari ke tempat yang aman dengan hati-hati. Alhamdulillah kami semua sehat wal’afiyat. Setelah semuanya dipastikan aman, kami pun segera berganti pakaian agar tidak masuk angin dan langsung melaksanakan sholat isya. Para santri cukup kecewa karena otomatis acara malam api unggun batal. Tapi kami berusaha untuk mengambil hikmahnya. Para santriwan senior sibuk untuk menyelamatkan barang-barang yang tertinggal, karena parahnya lokasi kemah santriwati saat itu mulai banjir. Udara saat itu sangatlah dingin, aku dan teman-teman berusaha menghangatkan diri dengan meminum minuman yang hangat.  Hujan pun berhenti dan hari sudah mulai larut, kami semua mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Serasa baru memejamkan mata kami sudah dibangunkan kembali untuk qiyamullail. Letak musholanya cukup jauh dan gelap dari tempat kami beristirahat. Kami berangkat ke mushola bersama-sama dengan hati-hati karena keadaan jalan masih licin akibat hujan semalam. Setelah menunaikan sholat shubuh berjama’ah kami semua langsung menuju lapangan dan membuat lingkaran. Saat itu kami di uji mental, walau dalam keadaan yang sedang serius ada saja hal lucu yang membuat kami tertawa.
      Di hari kedua, matahari mulai menyinari bumi perkemahan. Akibat hujan deras semalam kami harus mendirikan tenda kami kembali. Kami juga harus mencari tempat lain untuk mendirikan tenda, karena tempat yang kemarin sudah tidak strategis lagi. Setelah mendapatkan tempat yang strategis kami pun bekerja sama untuk mendirikan tenda. Tak perlu waktu lama tenda sudah berdiri tegak lagi. Lalu kami pun membereskan barang-barang kemudian mandi, sarapan bersama, dan sholat dhuha. Setelah dhuha kami kembali ke tenda untuk mengganti pakaian dengan seragam pramuka. Lalu kami dikumpulkan untuk di beri pengarahan bagaimana caranya kami bisa menuju air terjun dengan melewati pos-pos yang telah disiapkan. Sebelum berangkat setiap kelompok harus menampilkan yel-yel setelah itu baru bisa memulai untuk berjelajah. Saat di perjalanan setiap kelompok harus memperlihatkan kekompakan kelompok, karena itu termasuk kedalam poin penilaian.


Ini Yel-Yel kelompok ku :
     Oh beginikah rasanya, ikuti persami diBogor ingin rasanya mengulang serunya bermain di hutan. Semua-semua-semua… Inilah kami kelompok Bumi…Kelompok Bumi yang paling gokil, santai-santai tapi PASTI.”

    Tiba di pos pertama, di sana ada Ustadz Mundzir dan Ustadz Darul. Tantangannya adalah kami harus menyanyikan lagu inggris. Setelah berhasil menyanyikan satu judul lagu inggris kami dipersihlakan untuk melanjutkan perjalanan menuju pos kedua. Saat diperjalanan menuju pos dua kami harus sangat berhati-hati karena jalan yang licin dan terjang. Lalu kami tiba di pos kedua, di sana ada Ustadz Alfani dan Ustadz Muhaimin. Di pos kedua kami harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh panitia. Semua pertanyaan kami bisa menjawabnya. Dan perjalanan pun kami lanjutkan untuk menuju ke pos ketiga.  Di pos ketiga ada Ustadz Dimiyati dan Ustadz Rosyidun. Di pos ketiga ada rintangan melewati jaring laba-laba. Rintangan ini memerlukan kerjasama yang baik. Setelah berusaha sedemikian rupa kami pun berhasil melewatinya. Jarak tempuh dari pos pertama ke pos ketiga memang tidak terlalu jauh dan juga rintangan yang diberikan belum terlalu sulit. Di mulai dari pos ketiga menuju pos keempat kami harus menempuh jarak yang sangat jauh bahkan kami harus menaiki ratusan anak tangga. Jalan yang kami lewati cukup ekstrim, kami harus berhati-hati dan menjaga saatu sama lain. Setelah menempuh perjalanan yang amat jauh dan ekstrim, kami pun tiba di pos keempat. Di sana ada Ustadz Ruhiyat. Di pos keempat kami sudah mulai masuk ke dalam air. Di dalam air kami harus berbaris dengan rapih dengan urutan tinggi badan, umur, tempat tinggal, dan yang lainnya. Setelah itu kami lanjut ke pos kelima. Di pos kelima ada Ustadz Muchlis. Di pos kelima kami ditugaskan untuk menghitung kecepatan air. Lalu kami menuju pos keenam, disana ada Ustadz Fadhlu. Ustadz Fadhlu memberikan pertanyaan “Siapakah orang Indonesia yang pertama kali ke bulan?”  Kami di buat bingung oleh beliau. Setelah beberapa menit kami tidak bisa menjawab dan kami pun mendapat hukuman untuk menyelam ke dalam air, “dingin..”. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pos ke tujuh, di pos tujuh ada Ustadz Rosyid. Di pos tujuh kami harus PBB di dalam air, karena licin kami sampai terjatuh-jatuh. Cukup lama berada di pos tujuh kami melanjutkan perjalanan kembali ke pos berikutnya. Pos delapan, di sana ada Ustadzah Ida. Di pos delapan kami mendapat rintangan yang cukup sulit, kami harus mengukur ketinggian air terjun. Kami cukup kesulitan karena kami belum belajar tentang hal itu sebelumnya. Tapi kami tetap berusaha untuk mencoba mengukurnya, walau hasilnya tidak memuaskan tapi setidaknya kami sudah berusaha karena yang terpenting adalah proses. Kami pun kembali menghadap ustadzah dan menjawab dengan seadanya. Karena sudah pasti salah jawabannya, lagi-lagi kami mendapat hukuman. Kali ini kami harus bersujud diatas batu yang penuh dengan lumut.
     Akhirnya semua pos sudah kami lewati, sebelum kembali ke tempat perkemahan kami bermain-main air dahulu sambil menikmati pemandangan sekitar dan air terjun. Tak lama karena kami sudah merasa kedinginan kami semua memutuskan untuk naik kedaratan dan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan. Kami kembali dalam keadaan basah dan melewati jalan yang licin hingga ada salah seorang kawan kami terpeleset dan kakinya pun cendera. Syukurnya tidak parah, kami pun membantunya untuk berjalan hingga tiba di tempat perkemahan. Perjalanan yang cukup jauh. Ketika sudah sampai di tempat perkemahan aku dan salah seorang kawan lainnya langsung menemui ustadzah untuk meminta bantuan agar kakinya yang cendera segera di obati. Setelah itu kami mengantri mandi. Sambil menunggu antrian yang begitu panjang, aku dan kawan-kawan memanfaatkan waktu untuk membereskan barang-barang dan tenda karena sore ini kami semua akan kembali ke pondok tercinta. Ketika semua barang telah rapih giliran aku untuk mandi.
     Setelah seluruh santri dan barang-barang siap, kami pun bergegas meninggalkan tempat perkemahan dan berjalan menuju mobil. Di antara kelompok yang lain, kelompok ku lah yang terlihat paling ribet, karena kami ke tempat perkemahan membawa box besar untuk menaruh perlengkapan kelompok. Sampai-sampai ustadzah ada yang menyindir kami, “kenapa ga bawa koperasi asrama sama kulkas-kulkasnya nak…” kami hanya bisa tersenyum malu.
     Ketika sudah di dalam mobil, sebelum berangkat kami mengisi perut yang kosong terlebih dahulu agar tidak masuk angin. Setelah makan selesai barulah kami berangkat menuju kampung Bulak Santri tercinta. Di dalam perjalanan pulang keadaan di dalam mobil berbeda dengan keadaan saat mau berangkat. Di perjalanan pulang karena lelah kebanyakan dari kami tidur pulas, sampai-sampai tak terasa hujan pun turun cukup deras yang membuat kami tambah nyenyak untuk tidur. Karena begitu nyenyaknya tidur perjalanan pun terasa begitu cepat. Dan tak terasa kami sudah sampai di daerah Ciledug dan hujan pun sudah reda. Tak lama, tibalah kami di pondok pesantren tercinta, walaupun sangat lelah tapi kami sangat menikmatinya. Terima kasih semuanya untuk beberapa hari yang sangat menyenangkan dan unforgettable.
    Alhamdulillah kami semua sampai ke tempat tujuan dengan selamat.
Ini ada lagu kenang-kenangan ketika di Curug Nangka
Di tengah-tengah hutan
Dibawah langit biru
Tenda terpancang ditiup sang bayu (sang bayu)
Api menjilat-jilat
Terangi alam raya
Membawa kenangan dalam impian
Dengarlah…Sayup…Suara merdu nan memecah malam
Jaulah dari kampong
Turuti kata hati
Guna bakti pada bunda pertiwi…

Wisuda Akbar



Pada tanggal 08 Mei 2010 Pondok Pesantren Daarul Qur’an akan menyelenggarakan sebuah acara besar yaitu “Wisuda Akbar”. Maksud Wisuda Akbar di sini adalah Wisuda Tahfizh Nasional. Seluruh masyarakat muslim Indonesia yang sudah memiliki hafalan al-Qur’an, mereka bisa mengikuti acara wisuda akbar ini. Acara ini tidak memandang usia, bisa dari anak-anak kecil hingga kakek nenek. Wisuda Akbar ini di selenggarakan di Masjid At-Tin Jakarta. Tahun ini adalah tahun pertama di adakannya Wisuda Akbar, dan insyaAllah akan rutin di selenggarakan setiap tahunnya. Acara ini juga di hadiri oleh para syeikh-syeikh luar negeri. Dalam kesempatan kali ini saya merasa beruntung karena saya telah di beri kepercayaan oleh para guru untuk menjadi salah satu seorang penguji dalam acara tersebut. Jauh-jauh hari sebelum acara tersebut terselenggara, ustadz Abdul Aziz selaku pengurus PPPA (Program Para Penghafal Al-Qur’an) mengumpulkan beberapa santri dari ratusan santri di ruangan Lab. Bahasa.Di dalam perkumpulan tersebut beliau menghimbau kepada kami untuk mempersiapkan hafalan Al-Qur’an minimal 4 surat pilihan, yaitu surat Yaasin, Al-Waqi’ah, Ar-Rohman, dan Al-Mulk. Dan dari santri yang ikut berkumpul waktu itu, tidak semuanya bisa ikut menjadi penguji. Dan yang di beri kesempatan sebagai penguji saat itu adalah, untuk perwakilan dari santriwatinya yaitu : Sabihisma, Claudya, Ukhti Wiwi, Ukhti Rayda, Ukhti Zulfah, Novi, Nanda, dan terakhir saya sendiri. Sedangkan perwakilan dari santriwannya yaitu :Kak Asep, Kak Chaidar, Kak Aiman, Kak Mukron, Kak Egi, Kak Nurman, Kak Kurniawan, Kak Rizal, Kak Ghulaman, Kak Irham, Aflah, Hafizh, Jimmy, dan Nouval.
          Kami berangkat dari Pondok Pesantren menuju masjid At-Tin H-1 dari waktu acara. Sedangkan para santri yang lainnya berangkat tepat pada hari H. Kami berangkat ketika jam belajar mengajar sedang berlangsung, kami semua izin dari jam belajar karena harus segera bersiap-siap untuk acara besok. Setelah beberapa jam perjalanan, kami pun tiba di Masjid At-Tin. Sesampainya di sana adzan maghrib sedang berkumandang, kami bergegas menuju masjid untuk sholat maghrib berjama’ah. Lalu membaca Qur’an hingga isya’ dan di lanjut sholat isya’ berjma’ah. Setelah selesai menunaikan sholat isya’ berjama’ah kami semua langsung menuju tempat penginapan yang terletak di dalam lingkungan masjid. Masjid At-Tin ini sangat luas. Setibanya di kamar kami membersihkan diri terlebih dahulu lalu beristirahat. Penginapan yang ada disini cukup nyaman, dengan kamar yang cukup luas, kasur cukup lebar, kamar mandi di dalam, ber-ac, dan ada televisinya. Untuk kami yang terbiasa serba ngantri, serba berbagi, dan tidak pernah menonton televisi selama di Pondok Pesantren, kami sangat menikmati bermalam di sini. Setelah semua selesai membersihkan diri masing-masing kami bergegas untuk tidur, sambil menunggu mata terpejam kami menonton televisi dan berbincang-bincang tentang bagaimana acara besok akan berlangsung karena tahun ini adalah tahun pertama di adakannya acara tersebut dan kami ikut andil di dalamnya. Satu persatu kami mulai tertidur, tidur kami cukup nyenyak. Sebelum adzan shubuh berkumandang kami semua sudah terbangun kembali. Lalu satu persatu kami mandi dan bersiap-siap berangkat ke masjid untuk sholat shubuh berjama’ah. Ketika di masjid kami bertemu dengan Ustadzah Rusyda dan Ustadzah Nur, beliau berdua adalah guru favorit kami. Beliau berdua sangat baik dan care terhadap murid-muridnya. Selesai sholat shubuh berjama’ah kami mengobrol sejenak dan kembali menuju penginapan untuk bersiap-siap mengenakan seragam penguji. Sekitar jam 6 tepat kami dapat kabar untuk segera ke masjid kembali. Setelah semua siap, kami semua menuju masjid kembali. Setibanya kami di perataran masjid, ternyata di sana sudah ramai dengan keluarga pondok pesantren yang lainnya. Sebelum ke tempat pengujian kami semua sarapan bersama. Nikmat sekali sarapan saat itu, begitu terasa ikatan keluarga antara kami. Sarapan pun selesai, kami semua langsung menuju ke tempat pengujian masing-masing dan stand by lebih awal, acara tersebut berlangsung kurang lebih selama 3 jam. Waktu yang cukup singkat untuk menguji, karena selain pesertanya yang sangat banyak bahkan ribuan pihak pondok pesantren pun menyiapkan penguji yang cukup banyak juga. Sehingga satu orang penguji paling banyak menguji 30-50 orang peserta. Acara di mulai pukul 07.00 wib. Alhamdulillah proses pengujian berjalan dengan lancar. Di antara puluhan peserta yang aku uji ada beberapa peserta yang antusias menanyakan hal-hal pribadi tentang diriku dan rata-rata yang bertanya adalah ibu-ibu sedangkan peserta yang ada adalah dari anak-anak hingga nenek-nenek. Ada dari mereka yang meminta no telepon genggam ku, ada yang meminta tanda tanganku, sampai ada juga yang meminta foto bareng. Rasanya saat itu aku menjadi artis dadakan. Acara selesai sekitar pukul 10.00 wib. Setelah acara pengujian selesai aku dan yang lainnya menuju masjid untuk sholat dhuha. Setelah dhuha barulah kami dapat waktu luang untuk berkeliling masjid melihat keramaian yang ada. Kami di beri waktu bebas hingga waktu zhuhur tiba. Karena setelah waktu zhuhur kami sudah harus mengeluarkan barang-barang kami dari dalam penginapan. Dengan adanya acara ini kami mendapat banyak pengalaman. Tak terasa adzan zhuhur pun sudah berkumandang, kami memutar arah balik ke masjid untuk sholat zhuhur berjama’ah.Setelah sholat zhuhur barulah kami menuju penginapan untuk mengeluarkan barang-barang dari dalam kamar, karena waktu sewa kami sudah habis. Setelah selesai mengeluarkan barang-barang kami menuju perataran masjid kembali untuk makan siang bersama, lalu setelah makan siang kami menuju lantai 2 masjid untuk menyimak ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Yusuf. Saat itu beliau menyampaikan bagaimana cara menjaga hafalan dengan baik. Beberapa lama kemudian beliau pun menutup acara dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat. Kami semua berbondong-bondong keluar masjid untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing. Tapi kafilah dari pondok pesantren Daarul Qur’an Bulak Santri belum bisa kembali ke pondok pesantren, karena bus yang kami gunakan belum datang untuk menjemput. Kami pun menunggu bus di bawah pohon kurma sambil berteduh. Cukup lama kami menunggu namun bus jemputan belum juga kunjung datang hingga membuat kami merasa haus. Akhirnya aku dan santriwati lainnya izin pada ustadzah untuk pergi sebentar membeli minuman. Sampai adzan ashar berkumandang bus belum juga tiba, kami pun kembali memasuki masjid untuk sholat ashar berjama’ah. Karena kami belum mendapat kabar tentang kedatangan bus, kami beristirahat dulu  di dalam masjid sampai bus jemputan datang. Setelah berjam-jam kemudian akhirnya bus jemputan kami datang. Saat di dalam bus kebanyakan dari kami tertidur karena sudah cukup kelelahan. Karena tertidur, sampai-sampai perjalan tidak terasa dan sudah sampai Ciledug lagi. Bus berhenti di Ciledug sekitar waktu isya’. Sebelum lanjut perjalanan ke kampung Bulak Santri kami sholat isya’ jama’ ta’khir terlebih dahulu di Masjid Al-Madinah Ciledug. Setelah sholat isya’ kami menuju kantor PPPA yang berada di seberang masjid Al-Madinah. Dan kami melanjutkan perjalanan menuju kampung Bulak Santri menggunakan mobil PPPA, karena bus hanya mengantar kami sampai Ciledug saja. Setelah tiba di Bulak Santri, seluruh santri kembali ke asrama dan beristirahat.