Sabtu, 17 Oktober 2015

DaQu Camp



Pada tanggal 29 Oktober 2009 keluarga besar Daarul Quran Bulak Santri pergi ke daerah pegunungan Curug Nangka untuk camping. Seluruh santri pun sudah bersiap-siap dari jauh hari agar tidak ada hal yang terlupakan. Seluruh santri berangkat dari pondok pesantren setelah menunaikan sholat dhuha bersama dengan menggunakan seragam pramuka. Kami semua sudah siap untuk meramaikan bumi perkemahan. Para santriwan berangkat dengan mengendarai mobil truk sedangkan para santriwati mengendarai mobil TNI angkatan darat, dan untuk para ustadz dan ustadzah mereka mengendarai motor maupun mobil pribadi. Di dalam perjalanan kami bernyanyi, bercanda, dan tertawa riang bersama. Selain itu juga kami dapat melihat pemandangan yang begitu indah sambil kami bertafakur alam dan juga menghirup udara segar pegunungan. Setelah beberapa jam perjalanan seluruh santri pun turun dari kendaraan untuk menuju tempat perkemahan dengan berjalan kaki yang jarak tempuhnya cukup atau bahkan sangat jauh bagi kami, namun kami sangat menikmati perjalanan itu. Sebelum perjalanan kaki di mulai seluruh santri di bagi menjadi beberapa kelompok, saati itu aku satu kelompok dengan Ukhti Zia, Ukhti Choir, Ukhti Rayda, Ukhti Yaya, Jamilah, Aul, Leli, Dita, Novi, dan Uul. Saat dalam perjalanan kami merasa bebas, kami bisa teriak sekuat-kuatnya di alam terbuka, berlari kesana-kemari, Saat itu perasaan kami sangat lega, dan acara ini sangatlah berhasil untuk menghilangkan penat yang ada setelah belajar dan menghafal dengan giatnya.  Perjalanan yang kami tempuh bukan hanya jarak tempuhnya yang jauh melainkan penuh dengan tanjakan-tanjakan yang cukup curam, namun kami tidak menyerah begitu saja, kami tetap semangat melanjutkan perjalanan bahkan rasa lelahpun tidak kami hiraukan.
     Tak terasa kami pun tiba di tempat perkemahan, ketua kelompok kami pun langsung melapor dan mengambil tenda. Setelah mendapatkan tenda kami mencari tempat yang kiranya aman dan nyaman untuk mendirikan tenda. Lalu kami pun mulai berusaha untuk mendirikan tenda, dengan kerjasama yang baik tenda pun berhasil kami dirikan. Setelah tenda berdiri kami semua menuju sumber air untuk berwudhu’ dan melaksanakan sholat ashar berjama’ah, ba’da sholat kami pun kembali ke tenda untuk menata dan merapihkan barang-barang bawaan hingga tenda siap untuk ditempati dengan nyaman. 
     Tiba-tiba ada kabar yang mengejutkan untuk para santri, bahwa di acara perkemahan kali ini ada agenda tahfizh zone. Tahfizh zone adalah agenda menghafal di alam terbuka. Saat itu para santri bersorak ramai tanda tak setuju. Hal ini biasa terjadi, namun tak apa. Tak lama kemudian ada kabar lagi yang membuat para santri bersorak ramai kembali, namun kali ini tanda kemenangan. Kabarnya adalah bahwa ustadz yang akan memimpin tahfizh zone akan hadir terlambat di tempat perkemahan otomatis agenda tersebut pun diganti dengan agenda yang lain. Namun tidak jauh berbeda dengan tahfizh zone, seluruh santri berkumpul sesuai kelompok masing-masing setelah itu kami pun memulai agenda pengganti tersebut yaitu sambung-menyambung ayat. Subhanalloh ada perasaan berbeda saat melantunkan ayat suci bersama di alam terbuka. Tak terasa malam pun mulai larut, para asatidz mulai berkeliling mengontrol para santri untuk segera masuk ke tenda masing-masing dan beristirahat. Dinginnya udara pegunungan membuat kami cukup kedinginan.
      Seperempat malam pun tiba, kami pun mulai di bangunkan untuk melaksanakan qiyamullail. Udara di pagi hari semakin dingin. Setelah mengambil air wudhu gigi ku sampai gemetar karena saking dinginnya. Setelah qiyamullail dilanjut sholat shubuh berjama’ah, kami semua kembali ke tenda masing-masing untuk merapihkan tenda dan membersihkan diri. Hingga semuanya telah rapih dan bersih, kami pun berkumpul di tengah lapang untuk melaksanakan sholat dhuha. Walaupun kami berada di alam terbuka, kami berusaha untuk tetap menjalankan sunah-sunah Rasul karena moto kami ialah “Iqoomatul Waajibi wa Ihyaaus Sunnah” yang artinya adalah “mendirikan yang wajib dan menghidupkan yang sunah.”
     Hari mulai siang, acara perkemahan akan segera di mulai. Acara pembukaan adalah menampilkan yel-yel dari setiap kelompok. Namun di waktu yang sama ada dua orang perwakilan dari setiap kelompok untuk memasak. Dan dua orang perwakilan dari kelompok ku adalah Jamilah dan aku sendiri. Awalnya Ukhti Choir yang akan memasak karena Ukhti Choir sudah ahli dalam hal tersebut, tapi karena Ukhti Choir ketua regu dan ketua regu punya tanggung jawab atas regunya, jadi diganti oleh anggota yang lain. Ternyata memasak di alam terbuka itu cukup menantang, pertama kami harus mengumpulkan kayu bakar terlebih dahulu, belum lagi api harus dijaga agar tetap stabil. Aku dan Jamilah pun bekerja sama untuk memasak masakan yang enak, tapi kalian jangan liat hasilnya ya tapi liat proses yang kami lewati. Setelah waktu yang cukup lama masakan pun selesai. Sambil menunggu kawan-kawan yang lain kembali ke tenda, aku dan Jamilah berbagi tugas. Aku bertugas merapihkan tenda sedangkan Jamilah menyuci barang-barang bekas memasak. Tak lama setelah semuanya selesai kawan-kawan pun datang, mereka pun sudah tak sabar untuk menyantap makanan yang telah tersedia karena perut mulai lapar. Kami pun makan bersama, walaupun rasa tidak terlalu medukung tapi kami tidak menghiraukan itu yang terpenting adalah kebersamaan yang kami lewati. Itulah masa-masa terindah para santri.
      Setelah selesai makan bersama, kami membereskannya terlebih dahulu lalu istirahat sejenak sambil berbincang-bincang. Setelah itu kami berkumpul di ruang terbuka untuk mempersiapkan penampilan yang akan ditampilkan di acara malam api unggun nanti. Setiap kelompok bergabung dengan kelompok lainnya. Kelompok ku bergabung dengan kelompok Ukhti Zulfa yang beranggota : Ukhti Lia, Ukhti Mita, Claudia, Ina, Zuraida, Ana, Anin, dan Wulan. Kami berlatih dengan penuh semangat. Disaat kami sedang berlatih dengan serius tiba-tiba ada segerombolan kera yang menghampiri kami, sontak kami semua terkejut. Ternyata segerombolan kera tersebut lapar, mereka mengincar makanan yang ada di dekat kami. Setelah mendapatkan yang mereka incar, mereka pun pergi. Kami pun kembali melanjutkan latihan. Setelah kami rasa cukup untuk latihannya, kami pun berhenti dan kembali ke tenda masing-masing. Lalu ada berita dari panitia bahwa setiap kelompok diharuskan mengumpulkan bahan-bahan makanan ke panitia. Karena untuk selanjutnya kami tidak perlu memasak sendiri lagi. Mungkin untuk menghemat waktu. Sambil menunggu makanan matang kami berdiskusi bersama di dalam tenda. Tak lama kemudian panitia memanggil dua orang perwakilan dari setiap kelompok untuk mengambil makanan yang telah matang. Lalu kami pun makan bersama kembali. Setelah makan kami beberes dan mandi. Adzan maghrib pun berkumandang, kami semua segera menuju lapangan yang sudah di siapkan untuk melaksanakan sholat maghrib berjama’ah. Ketika kami sedang berdzikir tiba-tiba hujan turun, kami semua langsung berlarian menuju tenda masing-masing. Hujan pun semakin deras dan membuat tenda tak sanggup menahan air yang turun. Kami pun cepat mengambil barang yang kiranya penting untuk diselamatkan, lalu kami berlari lagi keluar tenda untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Di waktu genting seperti itu ada saja tragedi yang menimpa ku. Saat aku sedang berlari tiba-tiba sandal ku putus, aku pun tidak menghiraukannya karena panik aku tetap terus berlari untuk berlindung dari derasnya hujan. Lalu Ustadz datang dan mengarahkan kami untuk berlari ke tempat yang aman dengan hati-hati. Alhamdulillah kami semua sehat wal’afiyat. Setelah semuanya dipastikan aman, kami pun segera berganti pakaian agar tidak masuk angin dan langsung melaksanakan sholat isya. Para santri cukup kecewa karena otomatis acara malam api unggun batal. Tapi kami berusaha untuk mengambil hikmahnya. Para santriwan senior sibuk untuk menyelamatkan barang-barang yang tertinggal, karena parahnya lokasi kemah santriwati saat itu mulai banjir. Udara saat itu sangatlah dingin, aku dan teman-teman berusaha menghangatkan diri dengan meminum minuman yang hangat.  Hujan pun berhenti dan hari sudah mulai larut, kami semua mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Serasa baru memejamkan mata kami sudah dibangunkan kembali untuk qiyamullail. Letak musholanya cukup jauh dan gelap dari tempat kami beristirahat. Kami berangkat ke mushola bersama-sama dengan hati-hati karena keadaan jalan masih licin akibat hujan semalam. Setelah menunaikan sholat shubuh berjama’ah kami semua langsung menuju lapangan dan membuat lingkaran. Saat itu kami di uji mental, walau dalam keadaan yang sedang serius ada saja hal lucu yang membuat kami tertawa.
      Di hari kedua, matahari mulai menyinari bumi perkemahan. Akibat hujan deras semalam kami harus mendirikan tenda kami kembali. Kami juga harus mencari tempat lain untuk mendirikan tenda, karena tempat yang kemarin sudah tidak strategis lagi. Setelah mendapatkan tempat yang strategis kami pun bekerja sama untuk mendirikan tenda. Tak perlu waktu lama tenda sudah berdiri tegak lagi. Lalu kami pun membereskan barang-barang kemudian mandi, sarapan bersama, dan sholat dhuha. Setelah dhuha kami kembali ke tenda untuk mengganti pakaian dengan seragam pramuka. Lalu kami dikumpulkan untuk di beri pengarahan bagaimana caranya kami bisa menuju air terjun dengan melewati pos-pos yang telah disiapkan. Sebelum berangkat setiap kelompok harus menampilkan yel-yel setelah itu baru bisa memulai untuk berjelajah. Saat di perjalanan setiap kelompok harus memperlihatkan kekompakan kelompok, karena itu termasuk kedalam poin penilaian.


Ini Yel-Yel kelompok ku :
     Oh beginikah rasanya, ikuti persami diBogor ingin rasanya mengulang serunya bermain di hutan. Semua-semua-semua… Inilah kami kelompok Bumi…Kelompok Bumi yang paling gokil, santai-santai tapi PASTI.”

    Tiba di pos pertama, di sana ada Ustadz Mundzir dan Ustadz Darul. Tantangannya adalah kami harus menyanyikan lagu inggris. Setelah berhasil menyanyikan satu judul lagu inggris kami dipersihlakan untuk melanjutkan perjalanan menuju pos kedua. Saat diperjalanan menuju pos dua kami harus sangat berhati-hati karena jalan yang licin dan terjang. Lalu kami tiba di pos kedua, di sana ada Ustadz Alfani dan Ustadz Muhaimin. Di pos kedua kami harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh panitia. Semua pertanyaan kami bisa menjawabnya. Dan perjalanan pun kami lanjutkan untuk menuju ke pos ketiga.  Di pos ketiga ada Ustadz Dimiyati dan Ustadz Rosyidun. Di pos ketiga ada rintangan melewati jaring laba-laba. Rintangan ini memerlukan kerjasama yang baik. Setelah berusaha sedemikian rupa kami pun berhasil melewatinya. Jarak tempuh dari pos pertama ke pos ketiga memang tidak terlalu jauh dan juga rintangan yang diberikan belum terlalu sulit. Di mulai dari pos ketiga menuju pos keempat kami harus menempuh jarak yang sangat jauh bahkan kami harus menaiki ratusan anak tangga. Jalan yang kami lewati cukup ekstrim, kami harus berhati-hati dan menjaga saatu sama lain. Setelah menempuh perjalanan yang amat jauh dan ekstrim, kami pun tiba di pos keempat. Di sana ada Ustadz Ruhiyat. Di pos keempat kami sudah mulai masuk ke dalam air. Di dalam air kami harus berbaris dengan rapih dengan urutan tinggi badan, umur, tempat tinggal, dan yang lainnya. Setelah itu kami lanjut ke pos kelima. Di pos kelima ada Ustadz Muchlis. Di pos kelima kami ditugaskan untuk menghitung kecepatan air. Lalu kami menuju pos keenam, disana ada Ustadz Fadhlu. Ustadz Fadhlu memberikan pertanyaan “Siapakah orang Indonesia yang pertama kali ke bulan?”  Kami di buat bingung oleh beliau. Setelah beberapa menit kami tidak bisa menjawab dan kami pun mendapat hukuman untuk menyelam ke dalam air, “dingin..”. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pos ke tujuh, di pos tujuh ada Ustadz Rosyid. Di pos tujuh kami harus PBB di dalam air, karena licin kami sampai terjatuh-jatuh. Cukup lama berada di pos tujuh kami melanjutkan perjalanan kembali ke pos berikutnya. Pos delapan, di sana ada Ustadzah Ida. Di pos delapan kami mendapat rintangan yang cukup sulit, kami harus mengukur ketinggian air terjun. Kami cukup kesulitan karena kami belum belajar tentang hal itu sebelumnya. Tapi kami tetap berusaha untuk mencoba mengukurnya, walau hasilnya tidak memuaskan tapi setidaknya kami sudah berusaha karena yang terpenting adalah proses. Kami pun kembali menghadap ustadzah dan menjawab dengan seadanya. Karena sudah pasti salah jawabannya, lagi-lagi kami mendapat hukuman. Kali ini kami harus bersujud diatas batu yang penuh dengan lumut.
     Akhirnya semua pos sudah kami lewati, sebelum kembali ke tempat perkemahan kami bermain-main air dahulu sambil menikmati pemandangan sekitar dan air terjun. Tak lama karena kami sudah merasa kedinginan kami semua memutuskan untuk naik kedaratan dan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan. Kami kembali dalam keadaan basah dan melewati jalan yang licin hingga ada salah seorang kawan kami terpeleset dan kakinya pun cendera. Syukurnya tidak parah, kami pun membantunya untuk berjalan hingga tiba di tempat perkemahan. Perjalanan yang cukup jauh. Ketika sudah sampai di tempat perkemahan aku dan salah seorang kawan lainnya langsung menemui ustadzah untuk meminta bantuan agar kakinya yang cendera segera di obati. Setelah itu kami mengantri mandi. Sambil menunggu antrian yang begitu panjang, aku dan kawan-kawan memanfaatkan waktu untuk membereskan barang-barang dan tenda karena sore ini kami semua akan kembali ke pondok tercinta. Ketika semua barang telah rapih giliran aku untuk mandi.
     Setelah seluruh santri dan barang-barang siap, kami pun bergegas meninggalkan tempat perkemahan dan berjalan menuju mobil. Di antara kelompok yang lain, kelompok ku lah yang terlihat paling ribet, karena kami ke tempat perkemahan membawa box besar untuk menaruh perlengkapan kelompok. Sampai-sampai ustadzah ada yang menyindir kami, “kenapa ga bawa koperasi asrama sama kulkas-kulkasnya nak…” kami hanya bisa tersenyum malu.
     Ketika sudah di dalam mobil, sebelum berangkat kami mengisi perut yang kosong terlebih dahulu agar tidak masuk angin. Setelah makan selesai barulah kami berangkat menuju kampung Bulak Santri tercinta. Di dalam perjalanan pulang keadaan di dalam mobil berbeda dengan keadaan saat mau berangkat. Di perjalanan pulang karena lelah kebanyakan dari kami tidur pulas, sampai-sampai tak terasa hujan pun turun cukup deras yang membuat kami tambah nyenyak untuk tidur. Karena begitu nyenyaknya tidur perjalanan pun terasa begitu cepat. Dan tak terasa kami sudah sampai di daerah Ciledug dan hujan pun sudah reda. Tak lama, tibalah kami di pondok pesantren tercinta, walaupun sangat lelah tapi kami sangat menikmatinya. Terima kasih semuanya untuk beberapa hari yang sangat menyenangkan dan unforgettable.
    Alhamdulillah kami semua sampai ke tempat tujuan dengan selamat.
Ini ada lagu kenang-kenangan ketika di Curug Nangka
Di tengah-tengah hutan
Dibawah langit biru
Tenda terpancang ditiup sang bayu (sang bayu)
Api menjilat-jilat
Terangi alam raya
Membawa kenangan dalam impian
Dengarlah…Sayup…Suara merdu nan memecah malam
Jaulah dari kampong
Turuti kata hati
Guna bakti pada bunda pertiwi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar