Pada tanggal 29 Oktober 2009 keluarga besar Daarul Quran Bulak
Santri pergi ke daerah pegunungan Curug Nangka untuk camping. Seluruh santri
pun sudah bersiap-siap dari jauh hari agar tidak ada hal yang terlupakan.
Seluruh santri berangkat dari pondok pesantren setelah menunaikan sholat dhuha
bersama dengan menggunakan seragam pramuka. Kami semua sudah siap untuk
meramaikan bumi perkemahan. Para santriwan berangkat dengan mengendarai mobil
truk sedangkan para santriwati mengendarai mobil TNI angkatan darat, dan untuk
para ustadz dan ustadzah mereka mengendarai motor maupun mobil pribadi. Di
dalam perjalanan kami bernyanyi, bercanda, dan tertawa riang bersama. Selain
itu juga kami dapat melihat pemandangan yang begitu indah sambil kami
bertafakur alam dan juga menghirup udara segar pegunungan. Setelah beberapa jam
perjalanan seluruh santri pun turun dari kendaraan untuk menuju tempat
perkemahan dengan berjalan kaki yang jarak tempuhnya cukup atau bahkan sangat
jauh bagi kami, namun kami sangat menikmati perjalanan itu. Sebelum perjalanan
kaki di mulai seluruh santri di bagi menjadi beberapa kelompok, saati itu aku
satu kelompok dengan Ukhti Zia, Ukhti Choir, Ukhti Rayda, Ukhti Yaya, Jamilah,
Aul, Leli, Dita, Novi, dan Uul. Saat dalam perjalanan kami merasa bebas, kami
bisa teriak sekuat-kuatnya di alam terbuka, berlari kesana-kemari, Saat itu
perasaan kami sangat lega, dan acara ini sangatlah berhasil untuk menghilangkan
penat yang ada setelah belajar dan menghafal dengan giatnya. Perjalanan yang kami tempuh bukan hanya jarak
tempuhnya yang jauh melainkan penuh dengan tanjakan-tanjakan yang cukup curam,
namun kami tidak menyerah begitu saja, kami tetap semangat melanjutkan
perjalanan bahkan rasa lelahpun tidak kami hiraukan.
Tak terasa kami pun tiba
di tempat perkemahan, ketua kelompok kami pun langsung melapor dan mengambil
tenda. Setelah mendapatkan tenda kami mencari tempat yang kiranya aman dan
nyaman untuk mendirikan tenda. Lalu kami pun mulai berusaha untuk mendirikan
tenda, dengan kerjasama yang baik tenda pun berhasil kami dirikan. Setelah
tenda berdiri kami semua menuju sumber air untuk berwudhu’ dan melaksanakan
sholat ashar berjama’ah, ba’da sholat kami pun kembali ke tenda untuk menata
dan merapihkan barang-barang bawaan hingga tenda siap untuk ditempati dengan
nyaman.
Tiba-tiba ada kabar yang
mengejutkan untuk para santri, bahwa di acara perkemahan kali ini ada agenda
tahfizh zone. Tahfizh zone adalah agenda menghafal di alam terbuka. Saat itu
para santri bersorak ramai tanda tak setuju. Hal ini biasa terjadi, namun tak
apa. Tak lama kemudian ada kabar lagi yang membuat para santri bersorak ramai
kembali, namun kali ini tanda kemenangan. Kabarnya adalah bahwa ustadz yang
akan memimpin tahfizh zone akan hadir terlambat di tempat perkemahan otomatis
agenda tersebut pun diganti dengan agenda yang lain. Namun tidak jauh berbeda
dengan tahfizh zone, seluruh santri berkumpul sesuai kelompok masing-masing
setelah itu kami pun memulai agenda pengganti tersebut yaitu sambung-menyambung
ayat. Subhanalloh ada perasaan berbeda saat melantunkan ayat suci bersama di
alam terbuka. Tak terasa malam pun mulai larut, para asatidz mulai berkeliling
mengontrol para santri untuk segera masuk ke tenda masing-masing dan
beristirahat. Dinginnya udara pegunungan membuat kami cukup kedinginan.
Seperempat malam pun
tiba, kami pun mulai di bangunkan untuk melaksanakan qiyamullail. Udara di pagi
hari semakin dingin. Setelah mengambil air wudhu gigi ku sampai gemetar karena
saking dinginnya. Setelah qiyamullail dilanjut sholat shubuh berjama’ah, kami
semua kembali ke tenda masing-masing untuk merapihkan tenda dan membersihkan
diri. Hingga semuanya telah rapih dan bersih, kami pun berkumpul di tengah
lapang untuk melaksanakan sholat dhuha. Walaupun kami berada di alam terbuka,
kami berusaha untuk tetap menjalankan sunah-sunah Rasul karena moto kami ialah
“Iqoomatul Waajibi wa Ihyaaus Sunnah” yang artinya adalah “mendirikan yang
wajib dan menghidupkan yang sunah.”
Hari mulai siang, acara
perkemahan akan segera di mulai. Acara pembukaan adalah menampilkan yel-yel
dari setiap kelompok. Namun di waktu yang sama ada dua orang perwakilan dari
setiap kelompok untuk memasak. Dan dua orang perwakilan dari kelompok ku adalah
Jamilah dan aku sendiri. Awalnya Ukhti Choir yang akan memasak karena Ukhti
Choir sudah ahli dalam hal tersebut, tapi karena Ukhti Choir ketua regu dan
ketua regu punya tanggung jawab atas regunya, jadi diganti oleh anggota yang
lain. Ternyata memasak di alam terbuka itu cukup menantang, pertama kami harus
mengumpulkan kayu bakar terlebih dahulu, belum lagi api harus dijaga agar tetap
stabil. Aku dan Jamilah pun bekerja sama untuk memasak masakan yang enak, tapi
kalian jangan liat hasilnya ya tapi liat proses yang kami lewati. Setelah waktu
yang cukup lama masakan pun selesai. Sambil menunggu kawan-kawan yang lain
kembali ke tenda, aku dan Jamilah berbagi tugas. Aku bertugas merapihkan tenda
sedangkan Jamilah menyuci barang-barang bekas memasak. Tak lama setelah
semuanya selesai kawan-kawan pun datang, mereka pun sudah tak sabar untuk
menyantap makanan yang telah tersedia karena perut mulai lapar. Kami pun makan
bersama, walaupun rasa tidak terlalu medukung tapi kami tidak menghiraukan itu
yang terpenting adalah kebersamaan yang kami lewati. Itulah masa-masa terindah
para santri.
Setelah selesai makan
bersama, kami membereskannya terlebih dahulu lalu istirahat sejenak sambil
berbincang-bincang. Setelah itu kami berkumpul di ruang terbuka untuk
mempersiapkan penampilan yang akan ditampilkan di acara malam api unggun nanti.
Setiap kelompok bergabung dengan kelompok lainnya. Kelompok ku bergabung dengan
kelompok Ukhti Zulfa yang beranggota : Ukhti Lia, Ukhti Mita, Claudia, Ina,
Zuraida, Ana, Anin, dan Wulan. Kami berlatih dengan penuh semangat. Disaat kami
sedang berlatih dengan serius tiba-tiba ada segerombolan kera yang menghampiri
kami, sontak kami semua terkejut. Ternyata segerombolan kera tersebut lapar,
mereka mengincar makanan yang ada di dekat kami. Setelah mendapatkan yang
mereka incar, mereka pun pergi. Kami pun kembali melanjutkan latihan. Setelah
kami rasa cukup untuk latihannya, kami pun berhenti dan kembali ke tenda
masing-masing. Lalu ada berita dari panitia bahwa setiap kelompok diharuskan
mengumpulkan bahan-bahan makanan ke panitia. Karena untuk selanjutnya kami
tidak perlu memasak sendiri lagi. Mungkin untuk menghemat waktu. Sambil
menunggu makanan matang kami berdiskusi bersama di dalam tenda. Tak lama
kemudian panitia memanggil dua orang perwakilan dari setiap kelompok untuk
mengambil makanan yang telah matang. Lalu kami pun makan bersama kembali.
Setelah makan kami beberes dan mandi. Adzan maghrib pun berkumandang, kami
semua segera menuju lapangan yang sudah di siapkan untuk melaksanakan sholat
maghrib berjama’ah. Ketika kami sedang berdzikir tiba-tiba hujan turun, kami
semua langsung berlarian menuju tenda masing-masing. Hujan pun semakin deras
dan membuat tenda tak sanggup menahan air yang turun. Kami pun cepat mengambil
barang yang kiranya penting untuk diselamatkan, lalu kami berlari lagi keluar
tenda untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Di waktu genting seperti itu
ada saja tragedi yang menimpa ku. Saat aku sedang berlari tiba-tiba sandal ku
putus, aku pun tidak menghiraukannya karena panik aku tetap terus berlari untuk
berlindung dari derasnya hujan. Lalu Ustadz datang dan mengarahkan kami untuk
berlari ke tempat yang aman dengan hati-hati. Alhamdulillah kami semua sehat
wal’afiyat. Setelah semuanya dipastikan aman, kami pun segera berganti pakaian
agar tidak masuk angin dan langsung melaksanakan sholat isya. Para santri cukup
kecewa karena otomatis acara malam api unggun batal. Tapi kami berusaha untuk
mengambil hikmahnya. Para santriwan senior sibuk untuk menyelamatkan
barang-barang yang tertinggal, karena parahnya lokasi kemah santriwati saat itu
mulai banjir. Udara saat itu sangatlah dingin, aku dan teman-teman berusaha
menghangatkan diri dengan meminum minuman yang hangat. Hujan pun berhenti dan hari sudah mulai larut,
kami semua mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Serasa baru
memejamkan mata kami sudah dibangunkan kembali untuk qiyamullail. Letak
musholanya cukup jauh dan gelap dari tempat kami beristirahat. Kami berangkat
ke mushola bersama-sama dengan hati-hati karena keadaan jalan masih licin
akibat hujan semalam. Setelah menunaikan sholat shubuh berjama’ah kami semua
langsung menuju lapangan dan membuat lingkaran. Saat itu kami di uji mental,
walau dalam keadaan yang sedang serius ada saja hal lucu yang membuat kami
tertawa.
Di hari kedua, matahari
mulai menyinari bumi perkemahan. Akibat hujan deras semalam kami harus
mendirikan tenda kami kembali. Kami juga harus mencari tempat lain untuk
mendirikan tenda, karena tempat yang kemarin sudah tidak strategis lagi.
Setelah mendapatkan tempat yang strategis kami pun bekerja sama untuk
mendirikan tenda. Tak perlu waktu lama tenda sudah berdiri tegak lagi. Lalu
kami pun membereskan barang-barang kemudian mandi, sarapan bersama, dan sholat
dhuha. Setelah dhuha kami kembali ke tenda untuk mengganti pakaian dengan
seragam pramuka. Lalu kami dikumpulkan untuk di beri pengarahan bagaimana
caranya kami bisa menuju air terjun dengan melewati pos-pos yang telah
disiapkan. Sebelum berangkat setiap kelompok harus menampilkan yel-yel setelah
itu baru bisa memulai untuk berjelajah. Saat di perjalanan setiap kelompok
harus memperlihatkan kekompakan kelompok, karena itu termasuk kedalam poin
penilaian.
Ini Yel-Yel kelompok ku :
“Oh beginikah rasanya, ikuti persami
diBogor ingin rasanya mengulang serunya bermain di hutan. Semua-semua-semua…
Inilah kami kelompok Bumi…Kelompok Bumi yang paling gokil, santai-santai tapi
PASTI.”
Tiba di pos pertama, di
sana ada Ustadz Mundzir dan Ustadz Darul. Tantangannya adalah kami harus
menyanyikan lagu inggris. Setelah berhasil menyanyikan satu judul lagu inggris
kami dipersihlakan untuk melanjutkan perjalanan menuju pos kedua. Saat
diperjalanan menuju pos dua kami harus sangat berhati-hati karena jalan yang
licin dan terjang. Lalu kami tiba di pos kedua, di sana ada Ustadz Alfani dan
Ustadz Muhaimin. Di pos kedua kami harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh panitia. Semua pertanyaan kami bisa menjawabnya. Dan
perjalanan pun kami lanjutkan untuk menuju ke pos ketiga. Di pos ketiga ada Ustadz Dimiyati dan Ustadz
Rosyidun. Di pos ketiga ada rintangan melewati jaring laba-laba. Rintangan ini
memerlukan kerjasama yang baik. Setelah berusaha sedemikian rupa kami pun
berhasil melewatinya. Jarak tempuh dari pos pertama ke pos ketiga memang tidak
terlalu jauh dan juga rintangan yang diberikan belum terlalu sulit. Di mulai
dari pos ketiga menuju pos keempat kami harus menempuh jarak yang sangat jauh
bahkan kami harus menaiki ratusan anak tangga. Jalan yang kami lewati cukup
ekstrim, kami harus berhati-hati dan menjaga saatu sama lain. Setelah menempuh
perjalanan yang amat jauh dan ekstrim, kami pun tiba di pos keempat. Di sana
ada Ustadz Ruhiyat. Di pos keempat kami sudah mulai masuk ke dalam air. Di
dalam air kami harus berbaris dengan rapih dengan urutan tinggi badan, umur,
tempat tinggal, dan yang lainnya. Setelah itu kami lanjut ke pos kelima. Di pos
kelima ada Ustadz Muchlis. Di pos kelima kami ditugaskan untuk menghitung
kecepatan air. Lalu kami menuju pos keenam, disana ada Ustadz Fadhlu. Ustadz
Fadhlu memberikan pertanyaan “Siapakah orang Indonesia yang pertama kali ke
bulan?” Kami di buat bingung oleh
beliau. Setelah beberapa menit kami tidak bisa menjawab dan kami pun mendapat
hukuman untuk menyelam ke dalam air, “dingin..”. Setelah itu kami melanjutkan
perjalanan menuju pos ke tujuh, di pos tujuh ada Ustadz Rosyid. Di pos tujuh
kami harus PBB di dalam air, karena licin kami sampai terjatuh-jatuh. Cukup
lama berada di pos tujuh kami melanjutkan perjalanan kembali ke pos berikutnya.
Pos delapan, di sana ada Ustadzah Ida. Di pos delapan kami mendapat rintangan
yang cukup sulit, kami harus mengukur ketinggian air terjun. Kami cukup
kesulitan karena kami belum belajar tentang hal itu sebelumnya. Tapi kami tetap
berusaha untuk mencoba mengukurnya, walau hasilnya tidak memuaskan tapi
setidaknya kami sudah berusaha karena yang terpenting adalah proses. Kami pun
kembali menghadap ustadzah dan menjawab dengan seadanya. Karena sudah pasti
salah jawabannya, lagi-lagi kami mendapat hukuman. Kali ini kami harus bersujud
diatas batu yang penuh dengan lumut.
Akhirnya semua pos sudah
kami lewati, sebelum kembali ke tempat perkemahan kami bermain-main air dahulu
sambil menikmati pemandangan sekitar dan air terjun. Tak lama karena kami sudah
merasa kedinginan kami semua memutuskan untuk naik kedaratan dan kembali
melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan. Kami kembali dalam keadaan
basah dan melewati jalan yang licin hingga ada salah seorang kawan kami
terpeleset dan kakinya pun cendera. Syukurnya tidak parah, kami pun membantunya
untuk berjalan hingga tiba di tempat perkemahan. Perjalanan yang cukup jauh.
Ketika sudah sampai di tempat perkemahan aku dan salah seorang kawan lainnya
langsung menemui ustadzah untuk meminta bantuan agar kakinya yang cendera
segera di obati. Setelah itu kami mengantri mandi. Sambil menunggu antrian yang
begitu panjang, aku dan kawan-kawan memanfaatkan waktu untuk membereskan
barang-barang dan tenda karena sore ini kami semua akan kembali ke pondok
tercinta. Ketika semua barang telah rapih giliran aku untuk mandi.
Setelah seluruh santri
dan barang-barang siap, kami pun bergegas meninggalkan tempat perkemahan dan
berjalan menuju mobil. Di antara kelompok yang lain, kelompok ku lah yang
terlihat paling ribet, karena kami ke tempat perkemahan membawa box besar untuk
menaruh perlengkapan kelompok. Sampai-sampai ustadzah ada yang menyindir kami,
“kenapa ga bawa koperasi asrama sama kulkas-kulkasnya nak…” kami hanya bisa
tersenyum malu.
Ketika sudah di dalam mobil,
sebelum berangkat kami mengisi perut yang kosong terlebih dahulu agar tidak
masuk angin. Setelah makan selesai barulah kami berangkat menuju kampung Bulak
Santri tercinta. Di dalam perjalanan pulang keadaan di dalam mobil berbeda
dengan keadaan saat mau berangkat. Di perjalanan pulang karena lelah kebanyakan
dari kami tidur pulas, sampai-sampai tak terasa hujan pun turun cukup deras
yang membuat kami tambah nyenyak untuk tidur. Karena begitu nyenyaknya tidur
perjalanan pun terasa begitu cepat. Dan tak terasa kami sudah sampai di daerah
Ciledug dan hujan pun sudah reda. Tak lama, tibalah kami di pondok pesantren
tercinta, walaupun sangat lelah tapi kami sangat menikmatinya. Terima kasih
semuanya untuk beberapa hari yang sangat menyenangkan dan unforgettable.
Alhamdulillah kami semua
sampai ke tempat tujuan dengan selamat.
Ini ada lagu kenang-kenangan ketika di Curug Nangka
Di
tengah-tengah hutan
Dibawah langit biru
Tenda terpancang ditiup sang bayu (sang bayu)
Api menjilat-jilat
Terangi alam raya
Membawa kenangan dalam impian
Dengarlah…Sayup…Suara merdu nan memecah malam
Jaulah dari kampong
Turuti kata hati
Guna bakti pada bunda pertiwi…
Dibawah langit biru
Tenda terpancang ditiup sang bayu (sang bayu)
Api menjilat-jilat
Terangi alam raya
Membawa kenangan dalam impian
Dengarlah…Sayup…Suara merdu nan memecah malam
Jaulah dari kampong
Turuti kata hati
Guna bakti pada bunda pertiwi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar