Kamis, 26 Maret 2020

Lomba Pidato Pertamaku

LOMBA PIDATO PERTAMA KU

          Pada tanggal 09 Mei 2009 akan diadakan sebuah acara, yaitu “Lomba Keterampilan PAI tingkat SMP”. Sebelum acara tersebut pihak pondok pesantren mengadakan penyeleksian untuk memilih siapakah yang akan diberi kepercayaan untuk dikirim mengikuti Perlombaan tersebut.Untuk perlombaan pidato ustadzah menunjukkan tiga orang yang akan di test terlebih dahulu. Saat itu ustadzah memilih aku dan kedua teman dekat ku yaitu Nanda dan Jamilah. Tahap pertama ustadzah meminta kami untuk membuat teks pidato terlebih dahulu. Lalu teks tersebut di kumpulkan dan di serahkan ke ustadzah untuk di periksa dan di koreksi. Setelah itu kami harus menghafal dan memahami teks yang sudah di buat, dan kami juga harus berpidato di depan kawan-kawan seasrama setelah sholat isya’ berjama’ah. Lalu di tahap ke dua ustadzah memilih salah satu dari tiga orang yang telah di pilih sebelumnya. Dan tak aku sangka sama sekali bahwa saat itu ustadzah memberi kepercayaan pada ku untuk menjadi perwakilan di acara lomba tersebut. Awalnya aku belum yakin dan belum percaya diri, tapi karena teman-teman ku yang selalu ada dan selalu memberi semangat aku berusaha untuk percaya diri. Aku katakan pada diriku sendiri, “InsyaAllah aku bisa!”. Walau sebenarnya sejak duduk di Sekolah Dasar ibu ku selalu menawariku untuk mengikuti lomba pidato, tapi aku selalu saja menolaknya. Dan sekarang ustadzah yang meminta ku dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk menolaknya. Akhirnya aku pun harus menerimanya dengan harapan aku bisa banyak belajar dengan pengalaman baru ku ini.
          Setelah ditetapkan ustadzah memintaku kembali untuk membuat teks yang lebih baik dan padat lagi. Ketika itu ustadzah memberikan kisi-kisi materi untuk aku jabarkan kembali dengan judul “Ilmu”, tapi aku sudah memutuskan untuk tetap memakai judul materi yang sebelumnya, yaitu “Sholat”. Karena aku rasa aku lebih menguasai materi yang sebelumnya itu dari materi yang baru diberikan oleh ustadzah. Ketika jadwal jengukan orang tua tiba, aku langsung bercerita pada ibu dan meminta bantuan untuk membuat teks pidato yang baik. Awalnya ibu terkejut bahwa anaknya ini menjadi perwakilan lomba pidato dari pondoknya, maklum sejak dulu jika ibu meminta aku untuk mengikuti lomba aku selalu saja menolaknya. Tapi saat itu aku yakin bahwa ibu bahagia karena aku mau mengikuti lomba. Setelah teks yang baru selesai di buat aku menyerahkannya kembali pada ustadzah untuk di periksa, lalu aku pun berlatih bersama ustadzah.
          Tanggal 09 Mei 2009 pun tiba. Hari itu hari sabtu, dimana seluruh santri bekerja bakti untuk membersihkan seluruh bagian asrama. Setelah selesai kerja bakti aku dan Aulia langsung bergegas bersiap-siap untuk berangkat menuju tempat perlombaan. Sebelum berangkat kami terlebih dahulu pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuha seperti biasanya. Setelah melaksanakan sholat dhuha barulah aku dan Aulia menuju ke depan Majlis DaQu. Ketika kami tiba disana, ternyata disana sudah ada Kak Adit, Kak Haris, Kak Arid, dan Ikhlas yang sudah tiba lebih awal. Mereka juga merupakan peserta lomba perwakilan dari santriwan. Tak lama menunggu, mobil yang akan mengantar kami pun tiba. Kami semua langsung masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju tempat perlombaan. Saat itu kami di damping oleh Ustadz Sholeh dan Ustadz Daarul. Beliau berdua adalah guru terbaik kami.
          Setelah tiba di tempat perlombaan yaitu di SMPN 1 Tangerang kami semua masuk ke dalam. Sebelum aku, Aulia, dan yang lainnya menuju ke ruangan perlombaan masing-masing kami menunggu panitia yang akan membagikan kartu peserta. Setelah kami semua mendapatkan kartu peserta masing-masing kami semua pun berpencar menuju ke ruangan perlombaan masing-masing. Aku dan Aulia pun berpisah. Aku satu ruangan dengan Ikhlas, dan saat itu no urut peserta ku di akhir. Sambil menunggu giliranku aku bercengkrama dengan orang yang ada disebelahku, dia adalah perwakilan siswi dari SMPN 4 Tangerang. Dan ketika giliran ku tiba semangat ku sudah mulai memudar karena aku sudah menunggu terlalu lama. Tapi dengan bismillah aku berusaha semaksimal mungkin. Saat itu perasaan ku campur aduk, semoga ini adalah awal yang baik. Setelah selesai tampil aku langsung keluar ruangan karena sebentar lagi akan masuk waktu sholat zhuhur. Ketika di masjid aku bertemu dengan Aulia kembali, lalu kami pun sholat zhuhur berjama’ah.
          Setelah waktu zhuhur seluruh peserta lomba berkumpul di tengah lapangan untuk mendengarkan hasil perlombaan yang akan diumumkan langsung. Aku pribadi tidak terlalu menghiraukan hasil yang sedang diumumkan tersebut. Karena dengan aku ikut perlombaan ini saja aku sudah bersyukur. Satu persatu pemenang pun disebutkan. Setelah semua pemenang disebutkan kami langsung bergegas keluar gerbang dan mencari mobil jemputan untuk kembali ke Pondok Pesantren. Tapi sebelum kembali aku, santri lainnya, dan ustadz-ustadz juga makan siang bersama terlebih dahulu. Kami semua makan cukup lahap. Setelah semuanya telah selesai makan barulah kami kembali menuju Pondok Pesantren. Ketika diperjalan kami semua terdiam karena sudah terlalu lelah, berbeda dengan perjalanan berangkat tadi yang penuh dengan semangat. Tak terasa kami sudah tiba di Kampung Bulak Santri daerah Pondok pesantren kami, berbarengan dengan berkumandangnya adzan ashar. Para santriwan langsung menuju masjid terdekat, sedangkan aku dan Aulia menuju asrama dan melaksanakan sholat ashar di asrama. Saat tiba di asrama kami langsung menuju ruangan ustadzah untuk memberi laporan bahwa kami sudah kembali ke asrama dan saat itu juga kedatangan kami di sambut teman-teman asrama dengan senyuman dan pertanyaan bagaimana perlombaan tadi. Mereka semua cukup antusias. Terima kasih teman-teman untuk dukungan kalian.

Walaupun cukup lelah aku dan Aulia tetap harus mengikuti kegiatan Qiro’ah ba’da ashar ini. Aku dan Aulia saling menyemangati satu sama lain. Tetap semangat karena hari ini adalah hari yang cukup melelahkan dan penuh dengan pengalaman.

Detik-Detik Kelulusan


Detik-Detik Kelulusan

          Tak terasa tiga tahun sudah aku berada di Pondok Pesantren ini. Yang awalnya aku menolak keras untuk dimasukkan ke dalam Pondok Pesantren sampai akhirnya aku merasa begitu nyaman berada di sini. Begitu banyak hal yang aku lakukan bersama teman-teman, kakak-kakak, dan guru-guru ku. Susah senang kami lalui bersama. Sekarang aku sudah duduk di kelas 3 SMP dan sebentar lagi aku dan teman-teman ku akan melaksanakan Ujian Nasional. Hari-hari ku semakin padat dengan adanya tambahan jam belajar. Di kelas 3 kami benar-benar fokus belajar, berbeda saat di kelas 1 atau pun 2. Saat masih duduk di kelas satu kami masih sangatlah polos dan masih lebih banyak bermain, sedangkan di kelas 2 kami sudah mulai nakal dalam artian sering melanggar peraturan yang ada, seperti terlambat, buang sampah sembarangan, melanggar bahasa, dan yang lainnya. Aku sangat bersyukur karena telah ditempatkan di Pondok Pesantren ini. Angkatan ku adalah angkatan pertama untuk santriwati, karena di tahun-tahun sebelumnya di Pondok Pesantren ini belum menerima santriwati. Sebagai angkatan pertama pastilah begitu banyak rintangan yang kami lewati. Tapi dengan rintangan itulah yang membuat kami dapat lebih cepat saling mengenal satu lain.
          Tambahan jam belajar berlangsung setelah sholat ashar di waktu muhadatsah, jadi siswa-siswi kelas 3 di semester genap tidak lagi mengikuti kegiatan muhadatsah karena diganti dengan tambahan jam belajar untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Sebagai teman kami saling menyemangati satu sama lain, saling membantu jika ada kesulitan. Kami sangat terbantu dengan adanya tambahan jam belajar. Di jam itu kami di beri latihan soal-soal Ujian Nasional tahun-tahun sebelumnya. Dan Alhamdulillah karena seringnya latihan dan atas izin Allah pastinya, kami dapat mengerjakan soal-soal tersebut.
          Seminggu sebelum hari H Ujian Nasional, seperti tahun-tahun sebelumnya kami para kelas 3 rutin melakukan hal ini. Kami akan keliling kelas bahkan keliling desa untuk meminta maaf dan meminta do’a restu agar ujian kami dapat berjalan dengan lancar dan semoga kami lulus semua. Setelah usaha dan do’a kami serahkan hasilnya pada yang Maha Kuasa.
          Ketika hari Ujian tiba, kami tidak terlalu memporsir waktu kami. Sebisa mungkin kami tidur dan bangun lebih awal agar kami fresh ketika mengerjakan soal-soal ujian. Alhamdulillah 3 hari ujian berlangsung dengan lancar.
          Setelah Ujian Nasional, ujian kami sebagai santri belum lah selesai. Masih ada ujian lainnya ada ujian pondok, ujian praktek, ujian bahasa, ujian lisan, ujian tahfizh, dan ada juga ujian MHQ. Ujian tahfizh dan MHQ dilaksanakan yang paling akhir, karena santri membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkan ujian tersebut. Hampir dua bulan kami menyelesaikan ujian-ujian tersebut. Masing-masing ujian dilaksanakan perminggu kecuali ujian tahfizh. Ujian tahfizh berlangsung sekitar dua mingguan. Selama ujian tahfizh berlangsung, banyak santri yang hampir tidak tidur semalaman untuk muroja’ah (mengulang) hafalan masing-masing. Aku termasuk di dalamnya, karena aku harus berusaha keras untuk mengulang hafalan-hafalan ku. Sistematis ujian tahfizh yaitu kami harus menyetorkan semua hafalan yang kami miliki minimal sekali maju seperempat juz atau dua setengah halaman dan harus selesai pada waktu yang sudah ditentukan. Jika kami memiliki waktu ujian 10 hari dan kami memiliki hafalan 10 juz.  Kami harus berusaha keras dan pastinya dibarengi dengan do’a bagaimana caranya dalam 10 hari kami bisa menyetorkan semua hafalan kami. Ketika di hari pertama dan di juz-juz awal kami usahakan dalam sehari kami harus bisa menyetorkan hafalan 1 juz sampai 2 juz, karena juz-juz awal sudah sering di muroja’ah. Belum lagi setelah ujian tahfizh ada ujian MHQ. Ujian MHQ adalah penghujung dari ujian kami. Setelah ujian MHQ terlaksana dan hasilnya cukup memuaskan, barulah ujian kami benar-benar selesai. Walau begitu kami tetap harus muroja’ah untuk menjaga hafalan kami.

          Ujian MHQ selesai, kami pun mempersiapkan diri untuk acara kelulusan. Wisuda kelulusan akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Daarul Qur’an Internasional Ketapang, Cipondoh. Dan Alhamdulillah acara wisuda kelulusan berjalan dengan lancar.

Surat Pembaca

MESIN ATM BRI YANG RUSAK


          Saya adalah salah satu mahasiswa UIN Bandung, saya merasa kecewa atas kerusakan mesin ATM BRI di cabang UIN Bandung yang sudah cukup lama namun belum kunjung benar hingga saat ini. Saya beserta rekan mahasiswa yang lain merasa tidak nyaman, karena kami harus mengantre panjang hanya untuk sekedar mengambil beberapa lembar uang di ATM.
          Kami harap kepada pihak bank BRI untuk segera memperbaiki mesin ATM yang rusak. Agar kami tidak harus mengantre terlalu lama. Atas perhatiannya terima kasih.


                                                                     
                                                                                                       Bilqis Zahro                                                                                                                                    Mahasiswa UIN SGD BDG
                                                                       
                         3671014312950005
                                                                                  Jl. A. H. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung